Keikhlasan dalam beribadah - Indonesiaku Bicara

Breaking

Selasa, 15 Januari 2013

Keikhlasan dalam beribadah




Ada beberapa Hadits yang membahas tentang keikhlasan dalam beribadah, dan setiap kandungannya itu selalu berkaitan dengan pembahasan ikhlas dalam beribadah, dalam artian umat muslimin dan muslimat ( manusia ) yang melalukan suatu kegiatan atau aktivitas yang dimana berisi tentang kebaikan, baik dari segi perbuatan positif kepada manusia lainnya maupun kepada Allah. SWT kita wajib ikhlas dalam beribadah. Karena begitu pentingnya keikhlasan dalam beribadah ada beberapa surah yang membahas tentang masalah yang terkait. Adapun Surah-surah dalam Al-Qur’an yang membahas masalah tersebut sebagai berikut :

Adapun haditsnya sebagai berikut :

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾
 لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾

Artinya:
 “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”(QS.Al-An’am: 162-163)



Adapun kandungan makna QS. Al-An’am ayat 162-163 adalah sebagai berikut:
Suruhan Allah SWT kepada setiap individu manusia (muslim/ muslimah) untuk berkeyakinan bahwa shalatnya, hidupnya dan matinya adalah semata-mata untuk Allah SWT.
Allah SWT itu adalah Tuhan Yang Maha Es, tiada sekutu bagi-Nya dan pencipta, pemelihara serta pengatur alam semesta berikut segala isinya.
Suruhan Allah SWT kepada setiap individu manusia(muslim/muslimah) untuk berlaku ihklas dalam berkeyakinan(beraqidah), beribadah dan beramal


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾
      Artinya:
          “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurusdan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.(QS.Al-Bayyinah: 5)


Adapun kandungan makna QS.Al-Bayyinah ayat 5 adalah sebagai berikut:
a.    Perintah untuk menyembah hanya kepada Allah SWT dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah SWT.
b.    Perintah untuk memurnikan agama Allah dari ajaran-ajaran kemusyrikan.
c.    Perintah untuk mendirikan shalat dan zakat.
d.    Menyembah kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan adalah agama yang benar dan lurus.

        Dalam hadits di atas rasulullah menjelaskan bahwa setiap kita dalam berbuat, melakukan sesuatu atau beribadah akan dilihat oleh Allah dari niat ikhlas kita dalam melakukannya. Allah tidak melihat penampilan kita, dalam arti rupa dan bentuk badan/jasad kita, melainkan Allah akan melihat dan memperhatikan sejauh mana tingkat keikhlasan kita dalam melakukan sesuatu atau beribadah kepada-nya.
        Niat dan ikhlas dalam beramal/ beribadah dalam Islam merupakan pilar utama dalam ibadah bahkan menjadi ruhnya ibadah. Hal tersebut disebabkan karena amal seorang mukmin baru akan bernilai ibadah yang diterima oleh Allah jika memenuhi dua syarat : niat ikhlash (karena Allah) dan benar (sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw). Para ulama meyakini bahwa niat ikhlas (amal batin) lebih utama dari amal lahir (perbuatan), meskipun kedua-duanya mutlaq diperlukan adanya


Buruk sangka terhadap diri sendiri dan tidak berbangga dengan keberhasilan. Allah berfirman :
                                          
”Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.”

        Maksudnya, karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan.

        Tidak adanya perubahan sikap, ketika dipuji maupun dicela atas amal yang telah ia lakukan, karena ia memang hanya mengharapkan ridha Allah semata, dan karenanya tidak pernah mengharapkan pujian seseorang atau takut akan celaannya. Seorang yang diberi taufik oleh Allah ta’ala tidaklah terpengaruh oleh pujian manusia apabila mereka memujinya atas kebaikan yang telah dilakukannya. Apabila dia mengerjakan ketaatan, maka pujian yang dilontarkan oleh manusia hanya akan menambah ketawadhu’an dan rasa takut kepada Allah. Dia yakin bahwa pujian manusia kepada dirinya merupakan fitnah baginya, sehingga dia pun berdo’a kepada Allah ta’ala agar menyelamatkan dirinya dari fitnah tersebut. Dia tahu bahwa hanya Allah semata, yang pujian-Nya bermanfaat dan celaan-Nya semata yang mampu memudharatkan hamba.

        Seorang mukhlis yang jujur senang menyembunyikan berbagai kebaikannya sebagaimana dia suka apabila keburukannya tidak terkuak. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
       “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah ta’ala dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. mereka adalah seorang pemimpin yang adil; seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah; seorang pria yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah di atas kecintaan kepada-Nya; seorang pria yang diajak (berbuat tidak senonoh) oleh seorang wanita yang cantik, namun pria tersebut mengatakan, “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”; seorang pria yang bersedekah kemudian dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu aa yang telah disedekahkan oleh tangan kanannya; seorang pria yang mengingat Allah dalam keadaan sunyi dan air matanya berlinang.” (Muttafaqun ‘alaihi).

 Melihat Amal Orang Shalih yang Berada di Atas Kita, Janganlah anda memperhatikan amalan orang yang sezaman denganmu, yaitu orang berada di bawahmu dalam hal berbuat kebaikan. Perhatikan dan jadikanlah para nabi dan orang shalih terdahulu sebagai panutan anda.
Allah ta’ala berfirman, :

أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ
“Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran). Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh umat.” (Al An’am: 90).


        Penyakit yang sering melanda hamba adalah ridha (puas) dengan dirinya. Setiap orang yang memandang dirinya sendiri dengan pandangan ridha, maka hal itu akan membinasakannya. Setiap orang yang ujub akan amal yang telah dikerjakannya, maka keikhlasan sangat sedikit menyertai amalannya, atau bahkan tidak ada sama sekali keikhlasan dalam amalnya, dan bisa jadi amal shalih yang telah dikerjakan tidak bernila



Tidak ada komentar: