Salah satu kewajiban orang tua muslim, setahu saya, adalah memberi nama yang baik untuk Sang buah hati. Orang tua saya -entah memahami masalah itu atau tidak- telah menunaikan kewajibannya dengan memprasastikan nama saya pada sehelai pusaka abadi nan jaya, yaitu “akta kelahiran”. Satu hal yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh orang tua saya bahwa pemberian nama itu, suatu saat akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikis-psikologis yang tercermin pada keanehan perilaku dan cara berpikir anaknya.
Fenomena itulah yang melanda saya. Hanya
karena perkara nama, saya sering berperilaku rada aneh. Semisal saja, anak saya sering
melompat kaget karena secara mendadak saya tertawa histeris di depannya. Keanehan
perilaku itu terjadi hanya karena saya terlalu jumawa, terlalu ‘mario-marennu’ terhadap nama-diri yang
diawali dengan huruf S. Mengapa saya jadi mario-marennu? Presiden pertama
Indonesia yang dijuluki Singa Podium, namanya diawali huruf S.
Presiden kedua Indonesia bergelar Macan
Asia, namanya dimulai dengan huruf S. Presiden Indonesia saat ini -semoga
saya tidak keliru- namanya pun berhuruf depan S. Pada tataran struktural di
bawah presiden, katakanlah Gubernur Sulawesi Selatan, namanya juga berhuruf awal S. Fakta terakhir:
pasti kita sepakat bahwa destinasi wisata religi yang paling banyak
mengobsesi orang adalah SURGA. Semua
orang bercita-cita ingin menetap di sana, bukan? Nah, tempat yang paling nyaman
saja dimulai dengan huruf S. Percayalah bukan saya yang men-skenario-kan,
jika Presiden Indonesia, Gubernur Sulawesi Selatan, dan tempat paling
sensasional harus diawali
huruf S.
Alasan mengapa saya kerapkali berperilaku
aneh dengan tertawa histeris di depan anak masih bisa diterima akal sehat. Maksudnya,
alangkah wajar bila rakyat kecil semacam
saya ini dirasuki perasaan euforia (mario-marennu)
hanya karena nama-diri berhuruf depan sama dengan pemimpinnya.
Tetapi, perilaku aneh yang mungkin sukar dimaklumi
akal sehat adalah ketika saya mendapat inspirasi ajaib. Mengapa tiba-tiba saya
bernafsu sekali
mengirim email kepada setan. Lagi-lagi saya termotivasi karena setan dan saya memiliki
kemiripan nama. Setan diawali huruf S dan diakhiri huruf N. Simbol linguistiknya tidak jauh beda dengan nama saya.
Hal lain yang memicu adrenalin saya untuk
mengirim email kepada setan adalah ini:
saya
ingin membuktikan tingkat kecerdasan setan dalam membalas email manusia. Sebab,
saya terlanjur mengakui kecerdasan setan pada perihal rayu-merayu dan sesat-menyesatkan
manusia dalam segala bidang. Oleh karena itu, saya berkomitmen di bidang
kirim-mengirim email ini, saya -sebagai perwakilan manusia- semoga berhasil
mempecundangi setan. Mulailah saya merakit kata demi kata dengan sangat
hati-hati. Adapun isi email saya adalah sebagai berikut:
Setan yang baik hati.
Salam hormat dan cintaku kepadamu, setan.
Walaupun engkau adalah
musuh yang nyata bagiku, setan, tetapi marilah kita berdamai demi masa depan
anak-cucu kita. Selama ini kita saling mencurigai dan saling memusuhi.
Walhasil, aku tidak pernah merasa tenang dan merasa aman terhadap ancamanmu,
setan. Di negeriku, penyakit yang paling akut dan sukar disehatkan adalah
penyakit korupsi. Mulai detik ini, mari bahu-membahu bersatu melawan korupsi.
Kalau kita menang melawan koruptor nanti duitnya kita bagi dua. Kalau perlu engkau
ambil sembilan puluh lima persen, aku ambil sisanya saja. Bagaimana setuju? Secepatnya
kutunggu balasan emailmu, setan!
Berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan saya setia menunggu balasan email dari setan. Ternyata tidak ada
jawaban. Saya mulai cemas. Jangan-jangan setan murka dan naik pitam karena isi
email saya melanggar tata bahasa Indonesia baku sehingga setan terlalu kaku
memahaminya. Rasa takut mulai menghantui saya. Saya lupa bahwa setan selalu
lebih hebat daripada manusia. Bahkan kepada Tuhan pun, setan telah melancarkan
protes sengit. Saya mulai menyesal mengirim email kepada setan.
Suatu hari ketika saya iseng membuka email
saya, rasa was-was dan bahagia berbaur menyatu. Saya mengurut dada. Saya lega
karena akhirnya saya menerima balasan email dari setan. Mau tahu apa isi
emailnya?
Setan yang baik hati.
Salam hormat dan cintaku kepadamu, setan.
Walaupun engkau adalah
musuh yang nyata bagiku, setan, tetapi marilah kita berdamai demi masa depan
anak-cucu kita. Selama ini kita saling mencurigai dan saling memusuhi.
Walhasil, aku tidak pernah merasa tenang dan merasa aman terhadap ancamanmu,
setan. Di negeriku, penyakit yang paling akut dan sukar disehatkan adalah
penyakit korupsi. Mulai detik ini, mari bahu-membahu bersatu melawan korupsi.
Kalau kita menang melawan koruptor nanti duitnya kita bagi dua. Kalau perlu engkau
ambil sembilan puluh lima persen, aku ambil sisanya saja. Bagaimana setuju? Secepatnya
kutunggu balasan emailmu, setan!
(